Sabtu, 29 Maret 2014

Cerpen : Tidak Percaya Hantu


By : Tri Fani Rahayu


            15 tahun lalu, sesuatu yang menyeramkan dan menggenaskan terjadi di SMA Tunas Bangsa. Seorang siswi kelas 2 di SMA tersebut, terpeleset di lantai WC yang licin dalam keadaan terpelungkup. Terpeleset oleh lantai yang licin pastilah tidak akan membuatnya meninggal andai saja ia tidak membawa gunting tajam yang langsung menusuk menembus jantungnya ketika ia terpeleset. Dalam keadaan nafas yang nyaris berhenti, ia masih berteriak minta tolong dengan suara yang lirih. Tolong… tolong…. To..lo.nngg… tapi, tak ada yang mendengar hingga ketika jam pulang sekolah, ia ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa.


 Pihak sekolah berusaha membungkam masalah tersebut seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, beberapa hari sejak kematian siswi tersebut, kejadian aneh mulai terjadi.


            “ Risma… Risma … sadar…..”


Risma tidak juga sadar. Matanya terlihat melotot dan bibirnya tersenyum serta mulutnya mengeluarkan suara tangisan yang memilukan sekaligus mengerikan. Risma sedang kesurupan sejak jam pertama pelajaran dimulai. Tapi, tak lama kemudia, Risma sendiri pingsan setelah kesurupan. Beberapa guru dan murid membopongnya ke UKS sementara siswa-siswa terpaksa diliburkan karna kejadian tersebut.


Jaka, Hendra dan Bambi memperhatikan semua kejadian tadi. Kejadian kesurupan sebenarnya sering terjadi di sekolah itu. Selama dua tahun sekolah disana, setidaknya mereka telah melihat tiga kali kejadian yang serupa.


“Serem, ya.” Ujar Rizki kepada mereka.


“ Aku yakin itu pasti arwah Amelia yang barusan masuk ke tubuh Risma.” Tambah Agung.


“Mungkin arwahnya Amelia penasaran. Makanya dia gangguin sekolah ini. Hiy…” Soni ikut menimpali.


Rizki, Agung dan Soni memasang mimic wajah yang menyeramkan sambil tertawa dan bercanda.


“Hi…hi...hi... aku hantu… hantu Amelia….” Rizki menirukan mimic wajah orang yang ketakutan dimana ekspresinya itu disambut dengan tawa oleh Agung dan Soni.


Jaka memutar bola matanya melihat tingkah laku Rizki. “Hantu itu nggak ada.”


Rizki, Agung dan Soni langsung terdiam. Ketiganya menoleh kea rah Jaka.


“Oh, ya?” sahut Soni. “Jadi, menurut kamu, yang barusan dialami oleh Risma tadi itu apa?”


“Entah. Mungkin Jin atau setan. Yang pasti bukan hantu Amelia.” Jawab Jaka.


“Lagian, di zaman modern gini, masih aja tuh percaya sama hantu.” Timpal Hendra.


“ Eh, kalian gak percaya kalo di sekolah kita ini ada hantunya?” Tanya Agung.


Jaka, Hendra dan Bambi menggeleng.


“Lah, masa gak percaya. Masa sudah dua tahun sekolah disini gak percaya kalo di sekolah kita ini ada hantunya.” Kata Soni.


“Kami sudah banyak dengar tentang hantu yang katanya meneror sekolah ini.” Kata Bambi. “tapi itu sulit dipercaya. Palingan itu Cuma mitos yang dibuat-buat.”


“Eh, kejadian ini udah makan korban tahu.” Ujar Rizki.


“Masa?”


“Gak percaya. Eh denger, ya. Kata kakak ku, waktu dia masih sekolah disini, salah satu temannya ditemukan mati di depan gerbang sekolah pada waktu subuh.” Kata Rizki.


“Kenapa dia mati?” Tanya Hendra.


“Kata kakak ku, dia nggak percaya hantu. Jadi, pas malam-malam, dia ditantang untuk datang ke sekolah malam-malam. Dia bener-bener datang ke sekolah waktu malamnya. Tapi, kabarnya, dia mendengar suara anak perempuan berteriak lirih minta tolong dari WC cewek. Dia nya takut, terus lari keluar sekolah. Tapi kabarnya lagi, dia gak bisa keluar karna ternyata pintu pagar yang dia lewati tadi terkunci. Padahal, waktu dia masuk, pintunya gak terkunci. Waktu pagi-pagi, dia ditemukan sudah mati. Tapi matanya terbuka dan menunjukan ekspresi ketakutan seperti melihat sesuatu yang seram sementara tangan kirinya masih memegang  pegangan pagar yang terkunci.” Jelas Rizki.


Agung dan Soni merasa agak merinding mendengarnya. Tapi tidak demikian dengan Jaka, Hendra dan Soni.


“Ah, sudahlah, Ki. Cerita itu seperti terlalu dibuat-buat. Itu pasti bohong. Pokoknya, hantu itu memang tidak ada, apalagi arwah penasaran. Udah ah, mendingan kami pulang aja. Yuk.” Jaka mulai menarik tangan kedua temannya. Namun belum sempat mereka beranjak dari temat itu, Rizki menghentikan mereka.


“Menurut kamu cerita aku tadi bohong?”


“Yap.” Jaka berujar. “Tapi aku nggak anggap kamu pembohong. Tapi cerita kamu itu lho yang terkesan bohong.”


Rizki mendekat. “Kalo gitu, kamu gak keberatan kan nerima tantangan dari aku.”


Jaka mengernyit. “Tantangan apa?”


“Tantangan yang sama kayak temen kakak ku. Apa kalian berani datang ke sekolah ini waktu lewat tengah malam sampai jam satu? Kalo kalian berhasil merekam apa yang kalian lihat selama kalian datang, aku kasih uang tiga ratus ribu”


Jaka melipat tangannya. “Kalo aku gak mau kenapa?”


“Eh, kenapa? Kamu takut? Bukannya kamu bilang kalo kamu gak percaya hantu?” Ejek Rizki.


“Oke. Aku setuju. Aku, Hendra dan Bambi bakalan datang ke sekolah ini tepat tengah malam nanti. Dan mendingan, kalian siapin aja uang tiga ratus ribu itu besok.”
.





           Jam tangan Jaka telah menunjukan pukul 00.10. Ia dan kedua temannya sudah berada di sekolah sejak sepuluh menit yang lalu. Sambil membawa handycam, mereka merekam apa yang mereka lihat di sekolah. Banyak yang mereka lihat, tapi tak ada satupun yang menarik perhatian mereka.


“Setelah rekaman ini kita tunjukan ke Rizki Cs, besok uang tiga ratus ribu ada ditangan kita.” Kata Jaka kepada Hendra dan Bambi.


Mereka mengelilingi sekolah itu. Malam sangat gelap dan dingin. Mereka mengitari sekolah hanya dengan bantuan senter. Ketika mereka melewati WC perempuan, Jaka mendengar suara perempuan.


Tolong… tolong aku… tolong aku……


Jaka tidak yakin apakah dia mendengar suara itu atau tidak. Suara itu sangat lirih. Ia menatap kedua temannya.


“Kalian… dengar… suara tadi gak?” tanya Jaka sambil terus berjalan.


Hendra dan Bambi mengangguk tanpa ekspresi. Tapi, mereka terus melanjutkan langkah dengan agak cepat. Hendra yang memegang handycam ditangannya terus merekam keadaan sekitar. Bambi dan Jaka mengangkat senternya kea rah tempat-tempat yang direkam agar terlihat jelas di kamera.


Ketika mereka berjalan mendekati ruang kelas mereka, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di dekat mereka.


BUK!!!


Mereka semua menoleh dengan cepat dan mencari sumber suara dengan sedikit kaget. Tiba-tiba, sesuatu ada yang melempari mereka dengan batu. Jaka beristighfar sedangkan Bambi berteriak tertahan. Mereka mundur pelan. Disaat itulah mereka melihat sebuah siluet yang berjalan cepat dan menghilang di balik bayangan disertai suara cekikikan yang mengerikan.


Hi…hi…hi…hi….


 Jaka, Hendra dan Bambi pun langsung tahu apa yang harus dilakukan.


Berlari sambil berteriak.


Mereka membuka pintu kelas dengan agak dipaksa, memasukinya dan bersembunyi di bawah meja sambil saling berpelukan dan mengucapkan asma- asma Allah. Keringat dingin mengucur dari balik leher mereka dan wajah pucat sudah terlihat di wajah masing-masing. Bambi bahkan ragu apakah ia barusan mengompol atau tidak. Suara cekikikan itu ternyata tidak juga berhenti.


Sekitar tiga menit lewat bersamaan suara cekikikan yang berhenti, tiba-tiba tanpa disangka HP Jaka berbunyi. Dengan, tangan agak gemetar, Jaka memberanikan diri membuka isi SMS nya.


‘Kalian tidak bisa sembunnyi’


Seketika, ketakutan Jaka agak berkurang. Ia memberitahu isi SMS nya pada kedua temannya.


“Aneh, kan. Gak mungkin ini hantu yang mengirim SMS. Sejak kapan makhluk halus bisa menggunakan HP?” kata Jaka.


“Ini sih, sudah jelas.” Ujar Hendra kesal. “Kita dikerjai. Ugh, ini pasti ulah si Rizki Cs.”


“Menurut kamu, baiknya kita ngapain sekarang?” Tanya Bambi.


“Jelas dong. Kita keluar dari kelas ini dan cari mereka. Lagi pula sekarang sudah jam satu. Mereka sudah kalah. Dasar curang…” Jaka terlihat tak kalah kesal.


Baru saja mereka keluar dari kelas, mereka kembali melihat siluet yang dengan cepat menghilang dibalik bayangan disertai suara cekikikan lagi. Jaka dan teman-temannya dengan berani mengikuti arah suara. Akhirnya, mereka menemukan Rizki, Agung dan Soni yang sedang bersembunyi dibalik pohon sambil tertawa cekikikan.


“Hah, tertangkap lho.” Sergap Jaka.


Rizki, Agung dan Soni terkejut melihat Jaka dan teman-temannya. Penyamaran mereka terbongkar. Dengan malu, mereka berdiri dan mengakui kecurangan mereka.


“Ini uang tiga ratus ribunya.” Kata Rizki seraya menyerahkan uang kepada Jaka.


“Uh, kenapa sih kalian mau pake’ curang segala?” Tanya Hendra.


“He…he.. sebenarnya, kami cuma pengen merekam tingkah laku kalian saat ketakutan tadi. Rencananya sih, mau kami sebarin ke teman- teman yang lain. Soalnya kalian sok banget sih tadi siang. Bilangnya gak percaya hantu.” Jelas Rizki.” Nih, Soni dari tadi yang ngerekam saat-saat kalian lari ketakutan.” Rizki menyerahkan handycam-nya kepada Jaka.


Jaka melihat isi rekaman itu. Semuanya terekam dengan lengkap. Ada bagian ketika mereka terkejut mendengar suara benda jatuh. Ada saat mereka ketakutan saat merasa ada yang melempari mereka. Ada juga saat mereka berteriak dan beristighfar saat melihat siluet dan tawa cekikikan. Mereka semua memperhatikan isi rekaman itu semua dengan tersenyum.


“Ngomong-ngomong, kalian nggak ngerekam keterkejutan kami di WC perempuan saat kami mendengar kalian berteriak minta tolong, ya?” Tanya Jaka.


“Hah?” Rizki mengerutkan kening. “ Kami nggak ngerekam kejadian itu.”


“Kenapa?” Tanya Rizki.


“Jaka, kami tidak menakut-nakuti kalian di WC perempuan. Itu bukan kami yang berteriak minta tolong.” Kata Rizki.” Kami cuma menakut-nakuti kalian di sekitar kelas kita aja kok.”


Secara mendadak, wajah mereka terlihat pucat. Tak ada diantara mereka yang berbicara. Tiba-tiba, suara lirih minta tolong terdengar kembali di telinga mereka dari WC perempuan.


Tolong… tolong aku… to..long..aku…


Tanpa pikir panjang lagi, mereka langsung ambil langkah seribu. Mereka cepat-cepat berlari sambil berteriak menuju pagar sekolah. Namun, mereka tidak bisa keluar dari sekolah malam itu. Sebab, pintu pagar sekolah telah terkunci.





           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Arrogant Boss

Gimana rasanya kalo kamu kerja dibawah pimpinan yang angkuh, sombong dan menganggap dirinya sendiri dewa yang membuat peraturan? Yang mana s...